Assalamualaikum Wr.Wb.
Bagaimana batas pergaulan kita (umat Islam) dengan agama lain ? Ayat 120 dalam Surah Al-Baqoroh yang berbunyi “ Wa lan tardha anka al yahud wa lan –nashara hatta tattabi’amillatahum” , dalam terjemahan qur’an yang biasa kita baca adalah : “orang orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka “ kata lan diartikan oleh para pakar bahasa sebagai kata yang digunakan untuk menafikan seuatu yang akan datang. Semula, kata ini terdiri dari atas kata La dan An . Karena itu ,dalam bahasa arab lebih kuat tekanan penafiannya dari kata la. Kata la pada dasarnya digunakan untuk melarang atau menafikan.Penafikan itu bisa berlaku di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Hal ini dapat dipahami sebagai konteks dan gaya penuturan bahasa.
Dengan demikian, terjemahan di atas akan lebih sempurna lagi jika berbunyi : tidak akan rela kepadamu ( Muhammad ) orang –orang Yahudi dan tidak pula (rela juga ) orang Nasrani sampai engkau mengikuti agama mereka ,…..
Terlihat bahwa redaksi ayat di atas membedakan antara orang yahudi dan nasrani . Jika akan disamakan, maka bunyi kalimatnya tetap akan lurus walau kata La yang disandingkan dengan orang Nasrani tidak disebut, misalnya, dengan menyatakan , tidak akan rela kepadamu orang orang Yahudi dan Nasrani , maka wajar kalau muncul pertanyaan: mengapa ayat ini memilih kata Lan dan La untuk orang Nasrani ?
Kalau kita merujuk pada penggunaan Al-Qur’an, ditemukan bahwa kitab suci ini menggunakan beberapa kata atau istilah yang berbeda untuk merujuk pada keturunan Israil, yakni Yahudi dan Nasrani. Mereka ini adalah dua kelompok masyarakat yang disepakati oleh ulama sebagai Ahlul Kitab. Diperoleh kesan bahwa, jika Al-Quran menggunakan kata Al-Yahud, maka isinya adalah kecaman atau gambaran negative tentang mereka,sementara itu penggunaan nashara tidak selalu mengandung kecaman,bahkan ada ayat yang memuji mereka : “Sesungguhnya kamu pasti akan menemukan orang orang paling keras permusuhannya kepada orang orang beriman adalah orang orang yahudi dan orang orang Musyrik, dan sesungguhnya kamu pasti dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang orang beriman adalah yang berkata,” Sesungguhnya kami ini orang Nasrani ….(QS AL’Maidah (5) :82 .
Dengan demikian wajar kalau ayat di atas menggunakan kata Lan yang mengandung penafian tegas terhadap orang orang yahudi yang dan La yang penafiannya tidak sekeras lan dan belum tentu mengandung pengertian yang berkaitan dengan masa depan, sebagaimana lan yang ditunjukan kepada orang orang yahudi . sedangkan Al-Qur,an secara tegas menyatakan bahwa ,Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negrimu .Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang berlaku adil ( QS AL Mumtahanah ), jadi segala macam perbuatan baik tidaklah dilarang oleh agama, termasuk menghadiri perkawinan dan semacamnya yang tidak termasuk acara ritual. Jangankan menjual atau meminjamkan sesuatu kepada orang lain, memberi pun tidak terlarang, jadi tidak ada batasan pergaulan dengan orang dari agama lain selama tidak memrangi kita karena agama dan mengusir dari negeri kita sendiri. Sedangkan maksud dari surat Al-kafirun adalah “ mempersilahkan mereka mengamalkan ajaran agama yang mereka anut ,tanpa sedikitpun gangguan dari pihak manapun, ungkapan yang lebih popular adalah “ memberi kebebasan beragama kepada setiap penganut agama dan kepercayaan.”
Kita harus paham bahwa ayat itu semula ditunjukkan kepada penganut agama samawi, melainkan kepada orang orang yang memiliki kepercayaan kepada Allah, tetapi keliru, yakni ditunjukkan kepada kaum Musyrik di Makkah. Kesimpulan singkatnya tidak ada batasan pergaulan dengan agama lain selama tidak melanggar larangan larangan di atas.
Semoga tausiah singkat ini bisa memberikan manfaat kepada kita semua ,terima kasih .
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis : Ust. Rahmat Afandi, STHI (Alumnus Gontor Jurusan Theology, Kepala Pengasuhan Santri)